Kali ini, saya akan
melanjutkan cerita singkat short trip ke Sukabumi setelah
seharian menghabiskan waktu di area TNGGP (Bagian I). Menjelang maghrib, kami
melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Ratu. Keesokan harinya beberapa tempat di
sekitar sana akan kami jelajah. Dari Kota menuju ke Pelabuhan Ratu membutuhkan
waktu sekitar dua jam. Kami melewati jalur alternatif, melewati luasnya hutan
sawit yang ternyata banyak ditemukan di sekitar Kabupaten Sukabumi. Kondisi
jalanan mulus untungnya. Sepi sekali. Hanya beberapa rumah. Lalu ketutup hutan
sawit lagi. Ketemu lagi rumah yang jarang-jarang.
Alhamdulillah, selama di perjalanan
aman. Ya walaupun pikiran negatif ketar-ketir. Bayangan tentang hutan sawit di
pulau sebelah yang sering kejadian bajing loncat atau yang dikenal begal. Singkat cerita kami masih mengikuti Gmaps. Sampai hujan kembali
mengguyur. Kami berhenti di satu warung makan untuk makan
sembari menunggu hujan reda. Tak dinyana, hingga menjelang pukul 9.30 pun hujan
masih turun deras. Alhasil, warungnya pun mau tutup. Kami terpaksa menerobos di
bawah kegelapan malam. Berteman dengan kesepian. Juga rintik hujan. Sesekali kilat menyala terang. Tentu gelagar suara petir bak menyambut. Kurang lebih sekitar
20 menit lagi untuk sampai di Hotel Mahessa Indah yang sudah kami booking
online. Ini pun, kami bertanya ke pedagang sebelumnya, sebab sinyal gawai hilang kawan.
Hotel yang akan kami kunjungi cukup terjangkau dari segi harga. Berada di jalan raya. Alasan kenapa kami memilih hotel ini
karena lokasinya di tengah-tengah destinasi yang akan kami kunjungi pada hari
kedua seperti lis di bawah ini:
4. Pantai Karang Hawu
Karang Hawu |
Sesuai dengan namanya, karang hawu
berarti karang berbentuk tungku. Jadi begini kawan, terdapat dua area karang mendatar. Nah diantara dua karang ini, terdapat batu karang yang menjorok ke atas. Berlubang pada bagian bawahnya, sehingga air menerobos masuk. Jika
diperhatikan seksama, bentuknya seperti model tungku memang. Nah, dua area karang ini
nampak seperti dapur yang lapang. Jadi begitulah arti filosofi nama pantai ini
sendiri.
Ombaknya begitu lepas menghantam
karang-karang itu. Kalau dikira, tinggi gelombangnya bisa mencapai 3 meter. Air
yang menabrak ke batu karang memercik seperti air mancur. Airnya berwarna biru muda.
Gulungan ombaknya membuih putih. Garis pantai ini memanjang ke timur.
Pengunjung yang datang mendekati titik di mana karang hawu berada. Terdapat bendera merah yang diikat pada kayu. Memberi tanda jika lokasi tersebut rawan alias berbahaya. Jadi buat kawan-kawan yang berkunjung kesana, diharap berhati-hati dan tetap menjaga keamanan ya.
Pengunjung yang datang mendekati titik di mana karang hawu berada. Terdapat bendera merah yang diikat pada kayu. Memberi tanda jika lokasi tersebut rawan alias berbahaya. Jadi buat kawan-kawan yang berkunjung kesana, diharap berhati-hati dan tetap menjaga keamanan ya.
5. Kasepuhan Sinarresmi
Kasepuhan Sinarresmi |
Bahagia banget liat beginian di desa *kembangdesa* |
Singkat cerita, padi yang sedang
ditumbuk ibu-ibu adalah padi dengan kualitas terbaik yang diambil dari leuit.
Dipersiapkan untuk bahan konsumsi Abah Asep (Ketua Adat). Menariknya lagi, kami
dipertunjukkan alunan tumbukan alu ke lumpang tradisonal yang menghasilkan
suara berirama. Beberapa kali mereka menunjukkan skillnya di hadapan kami.
Keren sekali kawan.
bu-ibu menumbuk padi secara tradisional |
6. Puncak Darma
Lanskap Ciletuh dari Puncak Darma |
7. Air Terjun Cimarinjung
Air Terjun Cimarinjung |
Benar kawan! Semakin sering aku pergi dan singgah ke pelosok negeri ini. Nyatanya aku semakin terpana. Kaki dan tanganku semakin tergoda. Untuk berjalan lebih jauh lagi. Menyaksikan keindahan lain yang Tuhan ciptakan di belahan lain Bumi Pertiwi ini. Yuk kawan, berkunjung ke Sukabumi.