Negara kita hampir sampai dimana kaum muda mulai sadar dengan potensi alam (hutan, sungai, air terjun, bukit, danau, laut, pantai, goa, muara, sawah, bekas galian pertambangan, dll) untuk dikembangkan sebagai objek wisata oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan kemudian ditelusuri oleh kaum muda pula. Tiap daerah berlomba-lomba mengeksplore tiap potensi dan menghias diri agar mampu menarik minat hati para penikmat jalan-jalan. Hampir setiap hari di media sosial, terdapat tempat baru yang diekpose sebagai destinasi wisata baru. Kekuatan informasi di media sosial mampu mendatangkan ketertarikan kaum muda yang ingin terus menunjukkan eksistensinya. Begitu pun aku, bersama temanku adalah user aktif media sosial, dengan cepat mengetahui informasi dan sangat ingin untuk mengunjungi satu curug di kaki Gunung Slamet.
Curug itu terletak kedalam Kawasan Perhutani di Desa Baseh, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jawa Tengah. Dari pusat kota Purwokerto, menjangkaunya antara melalui Desa Kalisalak atau Desa Windujaya. Membutuhkan waktu hampir setengah jam lebih untuk sampai. Kala itu, setibanya kami melewati Desa Kalisalak, suguhan terasering padi yang sedang menguning menjadi pemandangan pertama. Kaya sekali alam Indonesia ini. Teras-teras persawahan nampak indah. Dibatasi dengan bukit hijau nun jauh disana. Itulah alasan kami, untuk berhenti sebentar mengambil gambar landscape dan momen.
Curug itu terletak kedalam Kawasan Perhutani di Desa Baseh, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jawa Tengah. Dari pusat kota Purwokerto, menjangkaunya antara melalui Desa Kalisalak atau Desa Windujaya. Membutuhkan waktu hampir setengah jam lebih untuk sampai. Kala itu, setibanya kami melewati Desa Kalisalak, suguhan terasering padi yang sedang menguning menjadi pemandangan pertama. Kaya sekali alam Indonesia ini. Teras-teras persawahan nampak indah. Dibatasi dengan bukit hijau nun jauh disana. Itulah alasan kami, untuk berhenti sebentar mengambil gambar landscape dan momen.
Liat-liat yang ijo-ijo kuning biar mata seger |
![]() |
Sawahnya lagi menguning banget Pengen rasanya nyiramin pake lumeran coklat. |
![]() |
Pertigaan terakhir, baik dari Desa Kalisalak ataupun Windujaya |
![]() |
Satu-satunya warung disana |
Langsung saya bertanya,
“mas, ke arah mana air terjunnya?”.
“kesana (menunjukkan
arahnya). Disana nanti ada selfie decknya, air terjunnya masih ke bawah lagi”,
jawab tukang parkirnya.
“oya mas, katanya ada
curug lima juga ya, jalannya sama gak?”.
“beda mas, kalau ke curug
lima itu ke atas lagi. Arahnya kesana jalan yang kecil itu (menunjukkan
telunjuknya lagi)”.
“bisa mandi-mandi gak
mas?”
“bisa renang? Kalau di
Curug Gomblang sih lumayan deres airnya, paling di pinggirnya”.
“kalau Curug Lima sama
juga mas?”.
“disana lebih pendek, bisa
kalau mandi di bawah air terjunnya. Cuma hati-hati aja soalnya lagi musim
hujan, ini aja mendung kan. Kita gak tahu kalau di atas hujan apa gak”.
“oh gitu, oke deh, mari mas”.
Kami menuju selfie deck.
Terdengar makin keras suara gemuruh air yang jatuh. Nah, Pesona Jateng yang
satu ini dipercantik dengan adanya selfie deck untuk berfoto berlatarkan Curug
Gomblang yang jatuh di hamparan pepohonan hijau, bersama lembah sungai meliuk
di bawahnya.
Jadi selfie deck itu masih berada di atas banget. Semacam
kayu-kayu yang disusun untuk duduk bahkan bisa untuk tiduran. Asal jangan tidur
lalu guling-guling saja, bisa jatuh nanti. Lebih tepatnya sih berfungsi sebagai
area untuk menikmati pemandangan, mengambil gambar atau berfoto selfie. Dan
ketika pengunjung ramai, itu akan bergantian satu sama lain. Layaknya sebuah
magnet. Orang-orang pasti akan langsung mendekatinya langsung sebelum turun ke
curugnya. Mengambil foto yang epic lalu selesai. Jangan sepele pula, tempat itu
ada penunggunya loh. Maksudnya mas-mas yang bertugas untuk memberi tahu
pengunjung ketika naik kesitu harus membuka alas kaki, supaya tetap bersih,
terawat dan terjaga. Bagus bukan?
Nah loh. Pemandangannya begitu. |
Selfie terosssss |
Wefie sama konco-koncoku |
![]() |
Rombongan dari Purwokerto |
Saat itu kami langsung
kembali ke atas untuk menuju Curug Lima. Jalanan melewati hutan, naik turun,
lalu menyebrangi sungai dengan menginjak batu-batu. Saya berdoa agar tidak
turun hujan.
Paras curug lima baru akan
terlihat ketika dari bawah. Untuk kesana, harus menyebrangi sisi atasnya lalu
ada tangga kecil terbuat dari bambu dan kayu untuk menjangkaunya. Batuan cadas pegunungan di aliran sungai
tersebut tersusun acak. Rasanya ingin sekali menceburkan diri ke air.
Sayang, langit di atas dihiasi awan putih sedikit mendung (ini alesan doang). Cahaya matahari
menembus dengan susahnya. Kontur air terjunnya pun tidak rata, jatuh lagi dan
berbelok seperti ke dalam jurang kecil. Disana kami cukup berfoto-foto, duduk menikmati
jajanan, ditemani suara air yang mengalir deras sambil merenungi kebesaran
Tuhan atas penciptaan-Nya yang luar biasa.
Difoto dari seberang atas curug |
![]() |
Ini loh Curug Lima (buktikan kesana aja, hitung sendiri ada 5 apa gak :)) |
Kembali pulang |
Lalu kami pulang. Di jalan
pulang, barulah kami bertemu beberapa pengunjung yang hendak mengunjungi Curug
Lima, bahkan ada keluarga yang membawa anak kecil. Mereka berjalan dengan penuh
semangat. Dalam hati mereka mungkin berkata, “kok tidak sampai-sampai ya”.
Hehehehe.
Dari Curug Gomblang saya
menilai, objek wisata harus dibangun secara inovatif. Punya ciri khas yang
melekat untuk dapat diingat pengunjung ketika pulang. Ciri khas Curug Gomblang
adalah selfie deck-nya yang mampu memberikan kesan tentang Gomblang meski dipandang dari
kejauhan. Tanpa sampai ke bawah pun saya sudah terkesan. Selain itu, fasilitas
menjadi hal yang utama untuk menunjang kualitas. Pengunjung akan senang bila
tempat wisata dilengkapi dengan fasilitas jalan yang layak, toilet, tempat
ibadah, gazebo untuk beristirahat, penunjuk arah dan penjual makanan. Dengan kualitas,
pengunjung akan mendapatkan kenyamanan dan keamanan.
![]() |
Curug Gomblang |
Semoga pariwisata
Indonesia khususnya Jateng semakin maju. Untuk mencapai kunjungan turis asing 20 juta orang pada
2019. Salam Pariwisata.
Tulisan ini diikutsertakan
dalam Loma Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
wah jateng memang banyak curugnya. sayang banyak dibuat pacaran. haha
BalasHapusyuk mampir blogku jg. insanwisata.com
hahaha sering nemu ya mas..enaknya weekday kalo ke curug2 itu soalnya sepi jd bs nikmatin sepuasnya..oke maturnuwun sudah mampir mas :)
HapusIni sama kaya curug yg selfie deck-nya bentuk love kah mas?
BalasHapusBeda mba. Kalo yg itu di Curug Jenggala daerah Ketenger, Baturraden.
Hapusbanyak destinasi wisata kini memiliki selfie deck. sebaiknya selfie deck dibangun untuk mendapatkan pemandangan yang bagus, namun tidak merusak keaslian atau kealamian wilayah tersebut..hhehee
BalasHapusCurug limanya bagus...jadi pengen nyebur :D
iya ya mas, selain ini juga ada curug jenggala sama pantai-pantai di kebumen, lalu beberapa spot wisata ketinggian di rembang, purbalingga. trennya lagi young and photography sih sekarang ya. masuk sosial media langsung deh booming. ayo mas eksplore purwokerto (banyumas). hehehe
Hapus