|
Pelepasan di kampus UIB |
Hari yang ditunggu-tunggu
datang jua. Pagi hari, kami menuju kampus UIB untuk melaksanakan acara
pelepasan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang diwakili oleh
Bapak Suhendar. Acara ini diisi pula dengan acara talkshow kemaritiman, terkait
Ekspedisi Nusantara Jaya. Seselesainya, kami menaiki bus menuju ke Pelabuhan
Punggur. Semua peserta sangat bersemangat ketika selama perjalanan di dalam
bus. Bernyanyi mars ENJ, mars Per*ndo, dan entah lagu apalagi.
|
Kicuk, Fatwa, & Ical |
Sampainya di pelabuhan, kami
segera mengangkut barang-barang bawaan kami dan menitipkan di truk milik
penumpang kapal yang kebetulan akan menuju ke Dabo jua. Sekitar pukul empat
sore, kami memasuki KMP Sembilang yang akan membawa kami menuju ke Kabupaten
Lingga. Pelayaran menempuh waktu selama kurang lebih 14 jam. Malam harinya kami
berkumpul di geladak atas. Melakukan diskusi rapat kecil terkait
kegiatan-kegiatan yang akan kami lakukan di pulau tujuan masing-masing. Tidak
ada sama sekali bayangan tentang pulau yang kami tuju. Memang kala itu,
beberapa teman pernah menuju ibukota kabupaten namun belum mengetahui informasi
secara menyeluruh tentang pulau-pulau yang direkomendasikan oleh pihak
pemerintah daerah. Alhasil, kami masih meraba-raba rencana kegiatan yang akan
dilakukan. Mengantisipasi beberapa perencanaan dengan praduga atas pengalaman
masing-masing peserta.
|
Kapal Roro KMP Sembilang |
Ada pula hal mitos yang sempat
kami dengar tentang pulau-pulau yang kami tuju. Tentang adat istiadat yang
dilarang dan harus dijaga. Semakin membuat ketir saja setelah mendengarkan
cerita beberapa teman yang tahu tentang hal tersebut.
Tengah malam, kami melewati
perairan Selat Cempa. Ombak disini sangat terasa sekali. Kapal terombang ambing
begitu terasa. Beberapa teman merasa mual-mual kemudian tepar. Aku sendiri
memilih turun ke ruang utama untuk menetralisir rasa pusing dan kobaran angina
laut yang sangat kencang. Tidak lama, hujan mengguyur pelayaran kami malam itu.
Aku tidur pulas di atas kursi penumpang kelas ekonomi.
Sehabis subuh, kapal hampir sampai
di perairan Pulau Lingga. Matahari muncul di buritan timur. “Gunung Daik di
sebelah sana”, kata seorang penumpang sambil menunjukkan. Seluruh peserta Tim
ENJ Kepri memenuhi geladak atas untuk melihat surya pagi itu. Kemudian mengisi
waktu dengan senam bersama dan meneriakkan yel-yel masing-masing. Semuanya
saling berbaur satu sama lain.
|
Tambak ikan lepas pantai dekat Pulau Singkep |
Kapal berlabuh di Pelabuhan
Jagoh, Dabo, Singkep sekitar pukul tujuh pagi. Sampai disana, semua camat masing-masing sudah
menjemput kami dengan angkutan elf yang akan kami gunakan untuk melanjutkan
perjalanan berikutnya. Disini, kami mulai berpisah berdasarkan tim
masing-masing. Tim 3 menuju Pulau Selayar menggunakan pompon sekitar 15 menit,
sedangkan Tim 2 menaiki elf menuju ke Singkep Pesisir. Lain halnya dengan tim
kami. Menaiki elf menuju Muara Sungai Buluh. Dilanjutkan menaiki perahu
bermesin untuk mencapai Kepulauan Posek.
|
Nyebrang lagi naik perahu dari Muara Sungai Buluh |
Sepanjang perairan yang kami
lalui, ada banyak sekali pulau-pulau kecil tidak berpenghuni yang ditumbuhi
pepohonan kelapa dan sebagainya. Hanya beberapa pulau saja yang berpenghuni.
Itu pun, rumah panggungnya yang nampak bisa dihitung. Lautan lepas diantara
luasnya samudera. Airnya berwarna kebiruan. Sangat bersih sekali.
|
Perairan menuju ke Posek |
Suara mesin kapal sangat keras
terdengar. Hampir 2 jam di atas perahu, kami memasuki wilayah Kepulauan Posek.
Nahkoda perahu kami saat itu Pak Riyadi. Menjelaskan bahwa Kepulauan Posek
terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil yang tersebar. Transportasi utama yang
digunakan adalah perahu untuk menyambangi antar pulau. Di perjalanan, ada banyak
perahu kecil saling melintas entah kemana saja. Sebentar, aku melihat tentang kemaritiman
di depan mataku langsung. Inilah awal dari tujuan yang ku cari.
|
Pesisir Teluk Nipah |
Tidak lama, kami mendekati
satu pulau di depan. Derrmaga kecil menjorok ke laut berwarna biru. Ada gazebo
di ujungnya dengan atap segitiga. Di pulau itu, rumah-rumah panggung warga
pesisir banyak berdiri hingga ke ujung. Semua rumah terbuat dari kayu. Dengan
tonggak kayu sebagai tiang penyangga. Perahu ditambatkan dengan tali ke
salah satu tiang kayu di belakang rumah panggung yang berada di atas pesisir.
Perhentian kami sampai jua di Pulau Nipah. Disana, kami bertemu dengan Pak
Nazar (BPD Posek). Pak Camat memberikan kepercayaan kepada beliau atas
kedatangan kami selama di Posek nanti.
|
Dermaga Teluk Nipah |
Tempat tinggal kami dibagi
menjadi dua tempat. Anak perempuan tinggal di rumah kosong di wilayah RT 2,
sedangkan kami anak laki-laki tinggal di sebelah rumah Pak Safi’i (Ketua RT 3).
Disana, beramah tamah dengan warga dan anak-anak. Sangat bersyukurnya, kami dijamu
dan dilayani dengan begitu hangat.
|
Rumah tinggal laki-laki |
SEKILAS TENTANG KEPULAUAN
POSEK
Kecamatan Kepulauan Posek
merupakan kecamatan pemekaran baru dari Kecamatan Singkep Barat. Kecamatan ini terdiri
dari beberapa pulau diantaranya Pulau Posek, Pulau Panjang, Pulau Noja, Pulau
Suakbuaya, Pulau Mas, Teluk Nipah serta pulau-pulau kecil lainnya. Kecamatan
yang dipimpin oleh Bapak Abdul Jamal ini bertanggungjawab atas pemerintahan
kecamatan yang berumur baru beberapa bulan saja.
|
Peta Kepulauan Posek |
Pusat pemerintahan kecamatan terletak
di Tanjung Pering. Desa Posek. Potensi ekonomi yang terdapat di kecamatan ini adalah
hasil tangkapan laut yang sampai diekspor ke Singapura. Mayoritas penduduknya
bekerja sebagai nelayan tradisional. Terdapat pabrik batu es dan tempat
pengumpulan ikan yang berada di Pulau Mas Bangsal. Hanya ada beberapa sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama. Beberapa anak yang tinggal di pulau yang
berbeda dengan letak sekolah, mereka harus berangkat dengan menggunakan
pompong. Padahal hal tersebut sangat berbahaya sekali bagi anak-anak pulau,
terlebih ketika musim ombak sedang kencang. Tidak terdapat sekolah menengah
atas di kecamatan ini sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat atas, anak-anak
harus bersekolah di Dabo, Pulau Singkep. Di Teluk Nipah sendiri dulu pernah
dijadikan sebagai kawasan tambang bauksit yang hanya beroperasi beberapa tahun
saja.
Beberapa keterbatasan masih nampak sekali di kecamatan ini. Hal utama seperti keterbatasan jarak dan
infrastruktur yang belum laik, membuat pulau ini cukup terisolir dari kegiatan
ekonomi yang masih terbatas pada kegiatan penangkapan dan penjualan ikan di
pabrik. Hal lainnya, kurangnya sumber air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi
persoalan yang sangat diperlukan. Hal ini tentunya agar masyarakat pesisir
disana dapat hidup secara layak. Keterbatasan lain dalam hal infrastruktur yang
masih menjadi PR penting bagi pemerintahan. Salah satunya sumber listrik yang
baru hanya terlaksana di beberapa pulau. Pada waktu kegiatan tim ENJ melakukan
ekspedisi kesana, petugas mulai membangun tiang jaringan kabel di Pulau Mas dan
Pulau Posek. Masyarakat di pulau yang sama sekali belum mendapatkan akses
litsrik, biasanya mereka menggunakan solar untuk tenaga mesin genset sebagai
sumber penerangan yang hanya beroperasi beberapa jam saja. Kemudian terkait
dermaga yang belum tersedia di beberapa pulau, sehingga ketingga air sedang
surut, perahu tidak bisa berlabuh sampai ke daratan sehingga membutuhkan akses
infrastruktur dermaga.
0 komentar:
Posting Komentar