Lanskap Kaldera Toba dari Tele |
KMP Ihan Batak |
Tiba di Pelabuhan Ambarita |
Masjid Al-Hasanah |
Selesai ibadah, kami berangkat ke Menara Pandang Tele. Perjalanan ke Tele, topografi yang dilalui adalah perbukitan dengan tanaman rerumputan dan sebagian pohon besar. Jalan yang dibangun berkelok-kelok mengikuti punggungan bukit. Tampak Pusuk Buhit meninggi nan cantik. Saya terkagum dengan lanskap yang terpampang disana.
Tak lama kami sampai
di Spot Tele. Dari sini, kami memandang Pulau Samosir dari arah barat yang
menghadap ke Bukit Sibea-bea. Pada sisi kanan, bukit yang megah meninggi dan
tampak datar pada bagian atasnya. Pada satu bagian di bawahnya, terdapat sebuah
air mengalir jatuh tepat diantara apitan bukit. Pemandangannya sangat indah
sekali.
Destinasi selanjutnya menuju ke Bukit Sibea-bea. Lokasi ini viral di media sosial karena lanskapnya yang apik. Pengembangan wisata religi sedang dibangun yakni Patung Yesus sebagai atraksi yang melengkapi pesona Danau Toba dari Kecamatan Harian. Akses jalan yang berkelok-kelok di atas bukit menjadi spot yang menarik pula untuk menangkap momen. Lagi-lagi saya terkagum dengan Wonderful-nya Indonesia di Tanah Toba.
Pengunjung sedang berfoto di depan Patung Yesus |
Air Tejun Efrata |
Seharian mengelilingi Pulau Samosir memberikan pengalaman indah dalam hidup saya. Bahkan saya ingin sekali untuk kembali lagi ke Danau Toba. Mengunjungi destinasi lainnya yang belum sempat saya singgahi. Toba tak hanya sebongkah Pesona Indonesia di Pulau Sumatera, namun lebih dari sekadar itu. Toba berpotensi maju menjadi destinasi yang berkelas jika dikemas dengan baik dan tepat. Pada akhirnya Toba akan mewarisi alam budayanya bagi wisatawan dunia.
Patung Yesus Kecil Bukit Sibea-bea |
Jalanan berkelok Bukit Sibe-bea |
Kaldera Toba : Destinasi Super Prioritas Untuk Menjadi Destinasi Global
Danau Toba tak
sekadar menyajikan pemandangan alam yang biasa. Lanskap Kaldera Toba tidak
diragukan lagi keindahannya. Dari sisi manapun wisatawan berpijak, pengunjung
bisa mendapatkan sudut pandang yang berbeda-beda. Budaya yang ditawarkan pun
sangat menarik. Kearifan lokal dan budaya Batak melekat berdampingan dengan
kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang tersebar di tujuh kabupaten sekitaran
Danau Toba sejak dulu melestarikan tradisi leluhur mereka sehingga Heritage of Toba dapat eksis di masa
kini hingga untuk generasi selanjutnya.
Pemandangan Danau Toba dari Bukit Sibea-bea |
Pesona Danau Toba sebagai warisan dunia semakin nyata dengan label “UNESCO Global Geopark” pada tanggal 2 Juli 2020. Sertifikasi tersebut menjadi langkah awal yang positif untuk menyusun strategi pengembangan destinasi yang akan diterapkan. Dengan adanya pengakuan ini, Danau Toba diharapkan akan semakin berkembang. Menyolek potensinya dengan peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing. Berinovasi dan berkreativitas sebagai destinasi super prioritas. Mempersiapkan destinasi yang ada di Danau Toba sebagai pilihan tujuan wisata yang memikat. Lantas kemudian bersiap untuk menjadi destinasi global yang berkualitas dan berkelanjutan.
Konsep pariwisata
berkualitas dan berkelanjutan merupakan hal penting yang harus diterapkan. Konsep
ini mengacu keberpihakan akan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi agar
berjalan secara beriringan dan seimbang. Hal ini merupakan wujud gagasan Sustainable Development Goals (SDGs)
yang telah disepakati negara-negara dunia. Bertujuan untuk menjaga eksistensi
pariwisata masa kini, masa depan dan untuk generasi mendatang.
Setelah ditetapkan menjadi
salah satu destinasi super prioritas oleh pemerintah melalui Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berbagai pengembangan dilakukan sampai dibentuk
suatu Badan Otoritas Pengembangan Danau Toba (BOPDT) untuk mengelola destinasi
yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal. Aksesibilitas, amenitas,
kualitas sumber daya lokal, industri kreatif, dan atraksi wisata digeber dalam
beberapa tahun terakhir. Keseriusan pemerintah menggarap Danau Toba dilakukan
sebagai upaya untuk mempersiapkan Danau Toba sebagai destinasi wisata yang
berkualitas dan berkelanjutan.
Strategi pengembangan
Danau Toba oleh pemerintah sudah cukup baik meskipun belum memberi keuntungan
yang optimal. Upaya tersebut diantaranya dimulai dengan penguatan konektivitas
dan infrastruktur dengan dibukanya Bandara Internasional Silangit. Pembangunan
dermaga dan penyediaan kapal penyebrangan KMP Ihan Batak. Pengembangan wisata
nomad yang menyasar milenial dengan wisata glamping dan desa wisata. Strategi
tersebut dilakukan agar tetap menggenjot geliat pariwisata di kancah nasional.
Upaya pemerintah
sempat mengalami tantangan dengan munculnya wabah Coronavirus. Wabah ini
berdampak pada anjloknya kuantitas wisatawan lokal maupun mancanegara. Yang
mana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada lini bisnis pariwisata. Pemerintah dengan
sigap membangkitkan kembali gairah sektor ini. Kiat yang dilakukan seperti Beli
Kreatif Danau Toba yang mengkampanyekan Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia untuk menyelamatkan para pelaku ekonomi kreatif dalam menghadapi
pandemi. Selain itu, penerapan protokol CHSE yakni kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), kemanan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability) pada suatu destinasi wisata merupakan
hal yang wajib diterapkan sehingga pelaku wisata dan wisatawan dapat
beradaptasi di era pandemi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman,
nyaman, dan pulang dengan membawa kenangan yang berkesan.
Kampanye berwisata
dengan tagar #DiIndonesiaAja pun turut digaungkan untuk membangkitkan gairah
sektor pariwisata Indonesia pasca pandemi. Potensi wisatawan domestik memberi
semangat baru terhadap pelaku wisata dan ekonomi kreatif. Meskipun turun sebanyak 30% dari tahun 2019,
total wisatawan lokal pada tahun 2020 sejumlah 198.246.000 adalah peluang yang sangat
menjanjikan. Strategi ini diharapkan akan memberikan hasil yang positif. Namun
yang perlu dihadirkan adalah strategi ciamik apa yang harus dipromosikan
sehingga mampu menarik pasar wisatawan domestik yang sebelumnya suka bepergain
ke luar negeri menjadi beralih untuk menjejalah destinasi dalam negeri.
Terlebih Indonesia memiliki segudang destinasi apik yang tersebar di seluruh
penjuru negeri.
Pengembangan Kawasan
Danau Toba yang Berkualitas dan Berkelanjutan
- Kaldera Toba Trail
- Kaldera Toba Trail
Point of interest Kaldera Toba terdapat pada suguhan alam dan budayanya. Pada kesempatan berkunjung ke Danau Toba pada Bulan April lalu, saya melewatkan kesempatan melihat lanskap Tao Toba dari sisi barat secara keseluruhan. Sebelumnya saya melihat ulasan di Google Maps yang menunjukkan foto masing-masing destinasi yang ada disana.
Menurut saya, jalur pendakian dari sisi barat menawarkan wisatawan dengan pemandangan yang luar biasa jika dieskplorasi. Pendakian ini ditujukan kepada pegiat wisata alam khususnya wisatawan milenial. Pengembangan jalur pendakian dapat dibuat dari titik awal Paropo, Pulau Silalahi, berlanjut ke Bukit Pemandangan Pulau Tulas, kemudian ke Pusuk Buhit, mengarah ke Sibea-bea, Bukit Holbung, Batu Maroppa, berakhir di Bukit Sipatungan. Jalur pendakian dikombinasikan dengan melewati punggungan bukit, jalan pedesaan, dan ladang pertanian warga. Dibutuhkan pula, pembangunan shelter untuk tempat beribadah dan tempat istirahat di setiap spot tertentu.
Jika dirunut dari Google Maps, jarak antara Paropo menuju ke Sipatungan membutuhkan waktu selama 20 jam perjalanan dengan jarak tempuh 91 km. Sedangkan jika diambil dari titik Bukit Pulau Tulas akan membutuhkan waktu 11 jam perjalanan dengan jarak tempuh 46 km. Jarak ini merupakan estimasi sementara karena jalurnya masih menggunakan acuan jalan raya.
Hal yang akan didapatkan wisatawan selama melewati jalur pendakian diantaranya akan menemukan keragaman pesona wisata Danau Toba baik dari segi alam, budaya, sosial, kuliner, dan tentunya pengalaman yang sangat berkesan. Apalagi kontur perbukitan di area ini masih tergolong bersahabat untuk didaki wisatawan dengan rata-rata ketinggian bukit mencapai 1.000 – 2.000 mdpl.
Dengan dibangunnya jalur pendakian tersebut akan mendorong peran aktif masyakarat lokal agar bekerja sama, menumbuhkan kreativitas dan inovasi wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan baik sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.
- Ruang Kreatif
Sektor
pariwisata tumbuh berkualitas dan berkelanjutan jika didukung oleh sumber daya
manusia yang unggul dan kompetitif. Sedangkan sumber daya manusia dapat menjadi
unggul jika berproses dan terus dididik dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan tersedianya ruang kreatif untuk penduduk lokal di Kawasan Danau Toba
sebagai tempat masyarakat dan wisatawan saling belajar, bertukar pikiran,
mengembangkan ide, inovasi dan kreativitas.
Dengan
munculnya fasilitas publik yang mendukung dan adanya fasilitator penggerak maka
akan berdampak baik untuk menghasilkan pelaku wisata dan artisanal yang handal.
Ruang kreatif ini nantinya dapat dijadikan semacam lokasi workshop,
pertunjukkan, diskusi, event, kuliner, dan belajar bahasa asing. Apabila setiap
kecamatan di sekitaran Danau Toba memiliki ruang kreatif masing-masing, maka
akan mendukung kemajuan sektor pariwisata Danau Toba semakin tumbuh berkualitas
dan berkelanjutan.
- Pengembangan Edukasi, Penelitian, & MICE
Danau
Toba mempunyai sejarah panjang yang luar biasa. Memiliki narasi yang berkaitan
dengan proses terbentuknya yaitu dari ilmu sains dan legenda masyarakat yang
melekat. Potensi sains berkaitan dengan pengembangan edukasi dan penelitian, di
mana letusan supervolcano yang meletus 74.000 tahun silam menjadikan Toba
sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Adapun keragaman geologi, mahluk
hidup dan budaya menjadi sesuatu yang relevan untuk mengembangkan wisata
edukasi dan penelitian, baik bagi pelajar, mahasiswa, maupun para ilmuwan dari
dalam dan luar negeri.
Pengunjung sedang berfoto dengan Sigale-gale
Wisata MICE di Indonesia
memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Termasuk destinasi Danau Toba
yang mempunyai paduan kultur dan alam yang menakjubkan. Dengan menyajikan latar
panggung yang alami. Wisata MICE Danau Toba yang dapat dikelola diantaranya festival
dan kompetisi musik, seni, paduan suara dalam tingkat internasional. Mengingat
banyaknya musisi Indonesia yang berasal dari Tanah Toba. Selain itu, pertunjukkan
kisah legenda asal muasal Tao Toba yang epik dan pertujukkan lain yang dapat
mengangkat budaya lokal setempat. Kemudian pengembangan sport tourism yang menjual pemandangan sebagai daya tarik seperti
olahraga paralayang, balap sepeda, marathon, dan pendakian ultralight.
- Wisata Gastronomi
Wisata
gastronomi tidak hanya berkaitan dengan tata boga, namun seni menyiapkan
hidangan yang lezat, mengulik sejarah dan budaya makanan, kandungan nutrisi,
dan tata saji. Wisata gastronomi dapat dikembangkan sejalan pada dunia kuliner
yang sedang digemari wisatawan Indonesia. Berburu kuliner bukan sekadar mecicipi
makan, namun juga mendapatkan pengalaman menarik lain di balik kelezatan sebuah
hidangan dengan wisata gastronomi.
Toba pun mempunyai beragam kuliner yang menarik untuk dikemas menjadi wisata gastronomi. Diantaranya pengembangan wisata kopi dari kebun sampai menjadi produk minuman kopi. Kemudian sajian kuliner tradisional seperti mie gomak, ikan mas arsik, andaliman, kacang sihobuk, itak gurgur, lappet, ombus-ombus, dan lain sebagainya.
- Pengembangan Wisata Halal
Peringkat
Wisata Halal Indonesia berada pada peringkat keempat pada tahun 2021
berdasarkan skoring Global Muslim Travel Index (GMTI) dari total 140 negara.
Peringkat ini turun tiga peringkat di mana pada tahun 2019, Indonesia meraih peringkat
pertama. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia
memberikan poin plus untuk
mengembangkan destinasi wisata halal. Di mana penduduk muslim dapat menjadi
penggerak wisata yang terampil dalam mengembangkan wisata halal.
Kriteria
destinasi halal diantaranya aksesibilitas, komunikasi pemasaran, lingkungan,
dan pelayanan. Dalam indeks GMTI tersebut, Indonesia memiliki keunggulan pada
lingkungan dan pelayanan yang layak menyuguhkan wisata halal. Sedangkan untuk
askesibiltas dan sarana komunikasi masih perlu ditingkatkan secara maksimal. Wisata
halal setidaknya mencakup keamanan, kenyamanan dan terpenuhinya syarat
sebagaimana wisatawan muslim saat pergi melancong. Tersedianya makanan halal,
fasilitas ibadah, atraksi dan aktivitas yang halal, rekreasi yang memberi ruang
privasi, penyediaan toilet dengan ketersediaan air bersih yang memadai, dan
minimnya islamofobia merupakan kunci utama pengembangan wisata ini.
Pasar
wisata halal adalah pasar yang menjanjikan. Di mana jumlah wisatawan muslim
diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2023. Sangat mungkin jika Danau
Toba ikut mengambil kesempatan mengembangkan wisata halal. Meskipun mayoritas
masyarakat di Danau Toba adalah non muslim, hal ini perlu dipertimbangkan berkaitan
dengan potensi kunjungan wisatawan dari negara muslim seperti Malaysia, Arab
Saudi, UEA dan Timur Tengah lainnya.
Dengan adanya pariwisata
halal, restoran halal akan mendapatkan peluang dua kali lebih besar untuk
menggaet wisatawan muslim dan non muslim. Terlebih, kunjungan wisatawan asing
terbanyak yang datang berkunjung ke Indonesia dan khususnya Provinsi Sumatera
Utara berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dengan pengembangan wisata halal di
Danau Toba maka akan menambah standar kelayakan destinasi Danau Toba untuk maju
ke ranah global.
- Ruang Kreatif
Sektor pariwisata tumbuh berkualitas dan berkelanjutan jika didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Sedangkan sumber daya manusia dapat menjadi unggul jika berproses dan terus dididik dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tersedianya ruang kreatif untuk penduduk lokal di Kawasan Danau Toba sebagai tempat masyarakat dan wisatawan saling belajar, bertukar pikiran, mengembangkan ide, inovasi dan kreativitas.
Dengan munculnya fasilitas publik yang mendukung dan adanya fasilitator penggerak maka akan berdampak baik untuk menghasilkan pelaku wisata dan artisanal yang handal. Ruang kreatif ini nantinya dapat dijadikan semacam lokasi workshop, pertunjukkan, diskusi, event, kuliner, dan belajar bahasa asing. Apabila setiap kecamatan di sekitaran Danau Toba memiliki ruang kreatif masing-masing, maka akan mendukung kemajuan sektor pariwisata Danau Toba semakin tumbuh berkualitas dan berkelanjutan.
- Pengembangan Edukasi, Penelitian, & MICE
Danau Toba mempunyai sejarah panjang yang luar biasa. Memiliki narasi yang berkaitan dengan proses terbentuknya yaitu dari ilmu sains dan legenda masyarakat yang melekat. Potensi sains berkaitan dengan pengembangan edukasi dan penelitian, di mana letusan supervolcano yang meletus 74.000 tahun silam menjadikan Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Adapun keragaman geologi, mahluk hidup dan budaya menjadi sesuatu yang relevan untuk mengembangkan wisata edukasi dan penelitian, baik bagi pelajar, mahasiswa, maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri.
Pengunjung sedang berfoto dengan Sigale-gale |
Wisata MICE di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Termasuk destinasi Danau Toba yang mempunyai paduan kultur dan alam yang menakjubkan. Dengan menyajikan latar panggung yang alami. Wisata MICE Danau Toba yang dapat dikelola diantaranya festival dan kompetisi musik, seni, paduan suara dalam tingkat internasional. Mengingat banyaknya musisi Indonesia yang berasal dari Tanah Toba. Selain itu, pertunjukkan kisah legenda asal muasal Tao Toba yang epik dan pertujukkan lain yang dapat mengangkat budaya lokal setempat. Kemudian pengembangan sport tourism yang menjual pemandangan sebagai daya tarik seperti olahraga paralayang, balap sepeda, marathon, dan pendakian ultralight.
- Wisata Gastronomi
Wisata gastronomi tidak hanya berkaitan dengan tata boga, namun seni menyiapkan hidangan yang lezat, mengulik sejarah dan budaya makanan, kandungan nutrisi, dan tata saji. Wisata gastronomi dapat dikembangkan sejalan pada dunia kuliner yang sedang digemari wisatawan Indonesia. Berburu kuliner bukan sekadar mecicipi makan, namun juga mendapatkan pengalaman menarik lain di balik kelezatan sebuah hidangan dengan wisata gastronomi.
Toba pun mempunyai beragam kuliner yang menarik untuk dikemas menjadi wisata gastronomi. Diantaranya pengembangan wisata kopi dari kebun sampai menjadi produk minuman kopi. Kemudian sajian kuliner tradisional seperti mie gomak, ikan mas arsik, andaliman, kacang sihobuk, itak gurgur, lappet, ombus-ombus, dan lain sebagainya.
- Pengembangan Wisata Halal
Peringkat Wisata Halal Indonesia berada pada peringkat keempat pada tahun 2021 berdasarkan skoring Global Muslim Travel Index (GMTI) dari total 140 negara. Peringkat ini turun tiga peringkat di mana pada tahun 2019, Indonesia meraih peringkat pertama. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia memberikan poin plus untuk mengembangkan destinasi wisata halal. Di mana penduduk muslim dapat menjadi penggerak wisata yang terampil dalam mengembangkan wisata halal.
Kriteria destinasi halal diantaranya aksesibilitas, komunikasi pemasaran, lingkungan, dan pelayanan. Dalam indeks GMTI tersebut, Indonesia memiliki keunggulan pada lingkungan dan pelayanan yang layak menyuguhkan wisata halal. Sedangkan untuk askesibiltas dan sarana komunikasi masih perlu ditingkatkan secara maksimal. Wisata halal setidaknya mencakup keamanan, kenyamanan dan terpenuhinya syarat sebagaimana wisatawan muslim saat pergi melancong. Tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, atraksi dan aktivitas yang halal, rekreasi yang memberi ruang privasi, penyediaan toilet dengan ketersediaan air bersih yang memadai, dan minimnya islamofobia merupakan kunci utama pengembangan wisata ini.
Pasar wisata halal adalah pasar yang menjanjikan. Di mana jumlah wisatawan muslim diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2023. Sangat mungkin jika Danau Toba ikut mengambil kesempatan mengembangkan wisata halal. Meskipun mayoritas masyarakat di Danau Toba adalah non muslim, hal ini perlu dipertimbangkan berkaitan dengan potensi kunjungan wisatawan dari negara muslim seperti Malaysia, Arab Saudi, UEA dan Timur Tengah lainnya.
Dengan adanya pariwisata halal, restoran halal akan mendapatkan peluang dua kali lebih besar untuk menggaet wisatawan muslim dan non muslim. Terlebih, kunjungan wisatawan asing terbanyak yang datang berkunjung ke Indonesia dan khususnya Provinsi Sumatera Utara berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dengan pengembangan wisata halal di Danau Toba maka akan menambah standar kelayakan destinasi Danau Toba untuk maju ke ranah global.
Tulisan ini dikombinasikan dengan tulisan saya di Kompasiana dengan link berikut ini [Kaldera Toba : Destinasi Super Prioritas Untuk Menjadi Destinasi Global].
0 komentar:
Posting Komentar