Tampilkan postingan dengan label Pesona Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesona Indonesia. Tampilkan semua postingan

Oktober 16, 2021

Kenangan Berlibur ke Danau Toba

April 2021 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Danau Toba setelah sekian lama mengimpikan destinasi satu ini ke dalam wishlist saya. Saya berangkat dari YIA menuju Kuala Namu. Singgah di Kota Medan lalu memulai perjalanan dari sana. Dari Medan, saya berangkat menggunakan kendaraan KPT (Kevin Pratama Trans) bersama teman saya menuju ke Parapat dengan tarif Rp45.000. Sampainya di Parapat, kami menginap di Hotel Sedayu yang saya pesan melalui online.
Lanskap Kaldera Toba dari Tele

KMP Ihan Batak

Esok harinya, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir melalui Pelabuhan Ajibata. Kami menaiki KMP Ihan Batak untuk menyebrang ke Pelabuhan Ambarita. Tarif untuk orang dewasa adalah Rp10.000 , sedangkan kendaraan motor sebesar Rp15.000.

Penyebrangan kala itu cukup ramai dipenuhi wisatawan lokal. Geladak kapal dipenuhi kendaraan roda empat dan roda dua yang hendak ke Samosir. Kapal yang saya naiki dikelola oleh PT. ASDP Indonesia Ferry. Kapalnya tergolong bagus dan tampak baru. Dilengkapi fasilitas ruang utama, deck luar, toilet dan kantin yang membuat saya merasa nyaman berada disana Penyebrangan ke Samosir ditempuh selama satu jam lamanya.

Tiba di Pelabuhan Ambarita
Sampai di Samosir, saya mulai terpukau dengan lanskap alamnya. Jalanan di pulau itu sangat halus dan lebar. Dengan kontur berkelok. Di sebelah kanan pemandangan danau, sedangkan pada sisinya perbukitan Samosir. Tujuan pertama, kami mampir ke Masjid Al Hasanah di Pangururan untuk beribadah sholat Jumat. Sebelum berangkat. saya mencari informasi dan lokasi masjid melalui G-Maps yang hanya ada satu-satunya di Pulau Samosir.

 Masjid Al-Hasanah

Selesai ibadah, kami berangkat ke Menara Pandang Tele. Perjalanan ke Tele, topografi yang dilalui adalah perbukitan dengan tanaman rerumputan dan sebagian pohon besar. Jalan yang dibangun berkelok-kelok mengikuti punggungan bukit. Tampak Pusuk Buhit meninggi nan cantik. Saya terkagum dengan lanskap yang terpampang disana.

Tak lama kami sampai di Spot Tele. Dari sini, kami memandang Pulau Samosir dari arah barat yang menghadap ke Bukit Sibea-bea. Pada sisi kanan, bukit yang megah meninggi dan tampak datar pada bagian atasnya. Pada satu bagian di bawahnya, terdapat sebuah air mengalir jatuh tepat diantara apitan bukit. Pemandangannya sangat indah sekali.

Destinasi selanjutnya menuju ke Bukit Sibea-bea. Lokasi ini viral di media sosial karena lanskapnya yang apik. Pengembangan wisata religi sedang dibangun yakni Patung Yesus sebagai atraksi yang melengkapi pesona Danau Toba dari Kecamatan Harian. Akses jalan yang berkelok-kelok di atas bukit menjadi spot yang menarik pula untuk menangkap momen. Lagi-lagi saya terkagum dengan Wonderful-nya Indonesia di Tanah Toba.

Pengunjung sedang berfoto di depan Patung Yesus
Air Tejun Efrata
Tidak jauh dari Sibea-bea, kami pergi ke Air Terjun Efrata yang kami lihat dari atas Puncak Tele. Air terjun ini menyuguhkan pesona dengan debit air berwarna kecoklatan yang cukup deras. Pada bagian dasar sungainya tidak terlalu dalam. Di sekeliling areanya, pepohonan hijau meranggas tumbuh diantara bukit. Awan putih dengan paduan langit biru menambah keeksotisan air terjun ini. 

Sayangnya akses menuju lokasi ini, jalanan warga yang kami lewati rusak berbatu. Banyak pula, batuan besar berserakan di tengah area ladang persawahan tersebut. Aktivitas penduduk lokal sedang bertani. Saya sangat kagum dan ingin lama-lama berada disana. Di bawah ujung jalan sana, jutaan kubik air mengisi pandangan mata saya.

Destinasi Desa Tomok khas dengan rumah adat bolon dan pertunjukkan Patung Sigale-gale. Sebelum mencapai lokasi ini, kami melewati pasar oleh-oleh khas Pulau Samosir. Beragam kriya dan kuliner bisa kita temukan di tempat ini. Sore itu, hanya sedikit wisatawan saja yang ada disana. Kami menikmati pertunjukkan sigale-gale. Musik gondang sembilan menjadi pengiring tarian tor-tor yang dibawakan pengunjung. Kami turut memakai kain ulos mencipta momen yang berkesan.

Desa Wisata Tomok pasca Covid-19

Seharian mengelilingi Pulau Samosir memberikan pengalaman indah dalam hidup saya. Bahkan saya ingin sekali untuk kembali lagi ke Danau Toba. Mengunjungi destinasi lainnya yang belum sempat saya singgahi. Toba tak hanya sebongkah Pesona Indonesia di Pulau Sumatera, namun lebih dari sekadar itu. Toba berpotensi maju menjadi destinasi yang berkelas jika dikemas dengan baik dan tepat. Pada akhirnya Toba akan mewarisi alam budayanya bagi wisatawan dunia.

Patung Yesus Kecil Bukit Sibea-bea
Jalanan berkelok Bukit Sibe-bea

Kaldera Toba : Destinasi Super Prioritas Untuk Menjadi Destinasi Global

Danau Toba tak sekadar menyajikan pemandangan alam yang biasa. Lanskap Kaldera Toba tidak diragukan lagi keindahannya. Dari sisi manapun wisatawan berpijak, pengunjung bisa mendapatkan sudut pandang yang berbeda-beda. Budaya yang ditawarkan pun sangat menarik. Kearifan lokal dan budaya Batak melekat berdampingan dengan kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang tersebar di tujuh kabupaten sekitaran Danau Toba sejak dulu melestarikan tradisi leluhur mereka sehingga Heritage of Toba dapat eksis di masa kini hingga untuk generasi selanjutnya.

Pemandangan Danau Toba dari Bukit Sibea-bea

Pesona Danau Toba sebagai warisan dunia semakin nyata dengan label “UNESCO Global Geopark” pada tanggal 2 Juli 2020. Sertifikasi tersebut menjadi langkah awal yang positif untuk menyusun strategi pengembangan destinasi yang akan diterapkan. Dengan adanya pengakuan ini, Danau Toba diharapkan akan semakin berkembang. Menyolek potensinya dengan peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing. Berinovasi dan berkreativitas sebagai destinasi super prioritas. Mempersiapkan destinasi yang ada di Danau Toba sebagai pilihan tujuan wisata yang memikat. Lantas kemudian bersiap untuk menjadi destinasi global yang berkualitas dan berkelanjutan.

Konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan merupakan hal penting yang harus diterapkan. Konsep ini mengacu keberpihakan akan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi agar berjalan secara beriringan dan seimbang. Hal ini merupakan wujud gagasan Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disepakati negara-negara dunia. Bertujuan untuk menjaga eksistensi pariwisata masa kini, masa depan dan untuk generasi mendatang.

Setelah ditetapkan menjadi salah satu destinasi super prioritas oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berbagai pengembangan dilakukan sampai dibentuk suatu Badan Otoritas Pengembangan Danau Toba (BOPDT) untuk mengelola destinasi yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal. Aksesibilitas, amenitas, kualitas sumber daya lokal, industri kreatif, dan atraksi wisata digeber dalam beberapa tahun terakhir. Keseriusan pemerintah menggarap Danau Toba dilakukan sebagai upaya untuk mempersiapkan Danau Toba sebagai destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Strategi pengembangan Danau Toba oleh pemerintah sudah cukup baik meskipun belum memberi keuntungan yang optimal. Upaya tersebut diantaranya dimulai dengan penguatan konektivitas dan infrastruktur dengan dibukanya Bandara Internasional Silangit. Pembangunan dermaga dan penyediaan kapal penyebrangan KMP Ihan Batak. Pengembangan wisata nomad yang menyasar milenial dengan wisata glamping dan desa wisata. Strategi tersebut dilakukan agar tetap menggenjot geliat pariwisata di kancah nasional.

Upaya pemerintah sempat mengalami tantangan dengan munculnya wabah Coronavirus. Wabah ini berdampak pada anjloknya kuantitas wisatawan lokal maupun mancanegara. Yang mana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada lini bisnis pariwisata. Pemerintah dengan sigap membangkitkan kembali gairah sektor ini. Kiat yang dilakukan seperti Beli Kreatif Danau Toba yang mengkampanyekan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia untuk menyelamatkan para pelaku ekonomi kreatif dalam menghadapi pandemi. Selain itu, penerapan protokol CHSE yakni kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), kemanan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability) pada suatu destinasi wisata merupakan hal yang wajib diterapkan sehingga pelaku wisata dan wisatawan dapat beradaptasi di era pandemi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan pulang dengan membawa kenangan yang berkesan.

Kampanye berwisata dengan tagar #DiIndonesiaAja pun turut digaungkan untuk membangkitkan gairah sektor pariwisata Indonesia pasca pandemi. Potensi wisatawan domestik memberi semangat baru terhadap pelaku wisata dan ekonomi kreatif.  Meskipun turun sebanyak 30% dari tahun 2019, total wisatawan lokal pada tahun 2020 sejumlah 198.246.000 adalah peluang yang sangat menjanjikan. Strategi ini diharapkan akan memberikan hasil yang positif. Namun yang perlu dihadirkan adalah strategi ciamik apa yang harus dipromosikan sehingga mampu menarik pasar wisatawan domestik yang sebelumnya suka bepergain ke luar negeri menjadi beralih untuk menjejalah destinasi dalam negeri. Terlebih Indonesia memiliki segudang destinasi apik yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Pengembangan Kawasan Danau Toba yang Berkualitas dan Berkelanjutan

  • Kaldera Toba Trail

Point of interest Kaldera Toba terdapat pada suguhan alam dan budayanya. Pada kesempatan berkunjung ke Danau Toba pada Bulan April lalu, saya melewatkan kesempatan melihat lanskap Tao Toba dari sisi barat secara keseluruhan. Sebelumnya saya melihat ulasan di Google Maps yang menunjukkan foto masing-masing destinasi yang ada disana.

Pusuk Buhit, pemandangan menuju ke Tele

Menurut saya, jalur pendakian dari sisi barat menawarkan wisatawan dengan pemandangan yang luar biasa jika dieskplorasi. Pendakian ini ditujukan kepada pegiat wisata alam khususnya wisatawan milenial. Pengembangan jalur pendakian dapat dibuat dari titik awal Paropo, Pulau Silalahi, berlanjut ke Bukit Pemandangan Pulau Tulas, kemudian ke Pusuk Buhit, mengarah ke Sibea-bea, Bukit Holbung, Batu Maroppa, berakhir di Bukit Sipatungan. Jalur pendakian dikombinasikan dengan melewati punggungan bukit, jalan pedesaan, dan ladang pertanian warga. Dibutuhkan pula, pembangunan shelter untuk tempat beribadah dan tempat istirahat di setiap spot tertentu. 

Jika dirunut dari Google Maps, jarak antara Paropo menuju ke Sipatungan membutuhkan waktu selama 20 jam perjalanan dengan jarak tempuh 91 km. Sedangkan jika diambil dari titik Bukit Pulau Tulas akan membutuhkan waktu 11 jam perjalanan dengan jarak tempuh 46 km. Jarak ini merupakan estimasi sementara karena jalurnya masih menggunakan acuan jalan raya.

Hal yang akan didapatkan wisatawan selama melewati jalur pendakian diantaranya akan menemukan keragaman pesona wisata Danau Toba baik dari segi alam, budaya, sosial, kuliner, dan tentunya pengalaman yang sangat berkesan. Apalagi kontur perbukitan di area ini masih tergolong bersahabat untuk didaki wisatawan dengan rata-rata ketinggian bukit mencapai 1.000 – 2.000 mdpl.

Dengan dibangunnya jalur pendakian tersebut akan mendorong peran aktif masyakarat lokal agar bekerja sama, menumbuhkan kreativitas dan inovasi wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan baik sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

  • Ruang Kreatif

Sektor pariwisata tumbuh berkualitas dan berkelanjutan jika didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Sedangkan sumber daya manusia dapat menjadi unggul jika berproses dan terus dididik dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tersedianya ruang kreatif untuk penduduk lokal di Kawasan Danau Toba sebagai tempat masyarakat dan wisatawan saling belajar, bertukar pikiran, mengembangkan ide, inovasi dan kreativitas.

Dengan munculnya fasilitas publik yang mendukung dan adanya fasilitator penggerak maka akan berdampak baik untuk menghasilkan pelaku wisata dan artisanal yang handal. Ruang kreatif ini nantinya dapat dijadikan semacam lokasi workshop, pertunjukkan, diskusi, event, kuliner, dan belajar bahasa asing. Apabila setiap kecamatan di sekitaran Danau Toba memiliki ruang kreatif masing-masing, maka akan mendukung kemajuan sektor pariwisata Danau Toba semakin tumbuh berkualitas dan berkelanjutan.

  • Pengembangan Edukasi, Penelitian, & MICE

Danau Toba mempunyai sejarah panjang yang luar biasa. Memiliki narasi yang berkaitan dengan proses terbentuknya yaitu dari ilmu sains dan legenda masyarakat yang melekat. Potensi sains berkaitan dengan pengembangan edukasi dan penelitian, di mana letusan supervolcano yang meletus 74.000 tahun silam menjadikan Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Adapun keragaman geologi, mahluk hidup dan budaya menjadi sesuatu yang relevan untuk mengembangkan wisata edukasi dan penelitian, baik bagi pelajar, mahasiswa, maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri.

Pengunjung sedang berfoto dengan Sigale-gale

Wisata MICE di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Termasuk destinasi Danau Toba yang mempunyai paduan kultur dan alam yang menakjubkan. Dengan menyajikan latar panggung yang alami. Wisata MICE Danau Toba yang dapat dikelola diantaranya festival dan kompetisi musik, seni, paduan suara dalam tingkat internasional. Mengingat banyaknya musisi Indonesia yang berasal dari Tanah Toba. Selain itu, pertunjukkan kisah legenda asal muasal Tao Toba yang epik dan pertujukkan lain yang dapat mengangkat budaya lokal setempat. Kemudian pengembangan sport tourism yang menjual pemandangan sebagai daya tarik seperti olahraga paralayang, balap sepeda, marathon, dan pendakian ultralight.

  • Wisata Gastronomi

Wisata gastronomi tidak hanya berkaitan dengan tata boga, namun seni menyiapkan hidangan yang lezat, mengulik sejarah dan budaya makanan, kandungan nutrisi, dan tata saji. Wisata gastronomi dapat dikembangkan sejalan pada dunia kuliner yang sedang digemari wisatawan Indonesia. Berburu kuliner bukan sekadar mecicipi makan, namun juga mendapatkan pengalaman menarik lain di balik kelezatan sebuah hidangan dengan wisata gastronomi.

Toba pun mempunyai beragam kuliner yang menarik untuk dikemas menjadi wisata gastronomi. Diantaranya pengembangan wisata kopi dari kebun sampai menjadi produk minuman kopi. Kemudian sajian kuliner tradisional seperti mie gomak, ikan mas arsik, andaliman, kacang sihobuk, itak gurgur, lappet, ombus-ombus, dan lain sebagainya.

  • Pengembangan Wisata Halal

Peringkat Wisata Halal Indonesia berada pada peringkat keempat pada tahun 2021 berdasarkan skoring Global Muslim Travel Index (GMTI) dari total 140 negara. Peringkat ini turun tiga peringkat di mana pada tahun 2019, Indonesia meraih peringkat pertama. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia memberikan poin plus untuk mengembangkan destinasi wisata halal. Di mana penduduk muslim dapat menjadi penggerak wisata yang terampil dalam mengembangkan wisata halal.

Kriteria destinasi halal diantaranya aksesibilitas, komunikasi pemasaran, lingkungan, dan pelayanan. Dalam indeks GMTI tersebut, Indonesia memiliki keunggulan pada lingkungan dan pelayanan yang layak menyuguhkan wisata halal. Sedangkan untuk askesibiltas dan sarana komunikasi masih perlu ditingkatkan secara maksimal. Wisata halal setidaknya mencakup keamanan, kenyamanan dan terpenuhinya syarat sebagaimana wisatawan muslim saat pergi melancong. Tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, atraksi dan aktivitas yang halal, rekreasi yang memberi ruang privasi, penyediaan toilet dengan ketersediaan air bersih yang memadai, dan minimnya islamofobia merupakan kunci utama pengembangan wisata ini.

Pasar wisata halal adalah pasar yang menjanjikan. Di mana jumlah wisatawan muslim diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2023. Sangat mungkin jika Danau Toba ikut mengambil kesempatan mengembangkan wisata halal. Meskipun mayoritas masyarakat di Danau Toba adalah non muslim, hal ini perlu dipertimbangkan berkaitan dengan potensi kunjungan wisatawan dari negara muslim seperti Malaysia, Arab Saudi, UEA dan Timur Tengah lainnya.

Dengan adanya pariwisata halal, restoran halal akan mendapatkan peluang dua kali lebih besar untuk menggaet wisatawan muslim dan non muslim. Terlebih, kunjungan wisatawan asing terbanyak yang datang berkunjung ke Indonesia dan khususnya Provinsi Sumatera Utara berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dengan pengembangan wisata halal di Danau Toba maka akan menambah standar kelayakan destinasi Danau Toba untuk maju ke ranah global.

Share:

November 26, 2018

Waingapu, Eksotisme Tanah Sumba Timur

Lailara dengan view perbukitan yang sangat cantik dipandang mata
Berkembangnya media sosial, tidak jarang mengharuskan penggunanya untuk memposting bermacam foto. Terkadang, para pengguna gawai dan sosial media berlomba-lomba untuk mencari tempat-tempat terbaik untuk berfoto (hunting foto). Efek positif yang kemudian timbul pada era digital ini, tidak lain adalah berkembangnya pariwisata di Indonesia. Tak terkecuali Sumba Timur. Sebagai destinasi wisata yang kini tengah digandrungi dan gaungnya mulai sampai ke mancanegara, tentu saja bukan tanpa sebab.

Laut yang biru, pasir putih, kebudayaan lokal yang memukau, gunung dan bukit yang eksotis, merupakan paket lengkap untuk berwisata dan memanjakan diri. Terlebih bagi para traveler yang berani menempuh perjalanan-perjalanan ekstrim untuk sampai ke destinasi wisata yang masih belum terjamah para wisatawan, karena lambatnya pembangunan di daerah tersebut.

Umbu Mehang Kunda, nama bandara di Waingapu, ibukota kabupaten Sumba Timur yang diambil dari nama bupati terbaik Waingapu. Merupakan tempat pertama ketika kita menggunakan transportasi udara. Pilihan lainnya adalah jika kita memilih transportasi laut yang dimulai dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan berakhir di Pelabuhan Mau Hau, Waingapu untuk tujuan Sumba Timur saja. Semakin berkembangnya pariwisata di Sumba Timur, semakin bertambahnya hotel, penginapan serta homestay sehingga dapat disesuaikan dengan budget kita.
Hotel Merlyn
Di jantung kota Sumba Timur, kita bisa menemukan banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Namun, sebelum anda memutuskan untuk menyewa mobil dan berkunjung ke obyek wisata di sekitar Waingapu, alangkah baiknya jika anda mengeksplore lebih jauh keindahan Kota Waingapu terlebih dahulu.

Pada pagi hingga siang hari anda bisa mengunjungi Pasar Inpres Matawai. Ada berbagai macam hasil bumi, sayuran, kopi khas sumba, kain tenun tradisional dan aksesoris khas Sumba Timur yang dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Selain Pasar Inpres Matawai, anda juga dapat berbelanja di sekitar Jalan Palapa, tepatnya di samping Hotel Merlyn untuk mencari barang-barang khas Sumba Timur ataupun makanan yang akan dijadikan buah tangan untuk sanak keluarga.

Bersebelahan dengan Pasar Inpres Matawai, anda juga bisa mengunjungi terminal yang berada tepat di samping pasar. Terminal ini bisa menjadi tempat berfoto dengan latar bus khas sumba yang memiliki bentuk sangat unik yang tidak ditemui di Pulan Jawa. Kendaraan lain yang mungkin bisa anda lihat di sana, yakni oto, sejenis truk yang dimodifikasi menjadi kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang. Oto ini biasanya hanya beroperasi ke pelosok di Kabupaten Sumba Timur yang akses jalannya belum beraspal, melewati pegunungan dan bebukitan. Namun jangan salah, tempat-tempat seperti itulah yang dapat menyihir mata anda dengan hal-hal baru dan menarik disana.
Tanarara saat kemarau
Ingin mencoba wisata kuliner, anda hanya cukup menyeberang jalan menuju taman kota yang juga digunakan sebagai tempat berjualan. Bagi anda yang muslim, anda tidak usah khawatir dengan ke-halalan makanan yang dijajakan di sana, karena di daerah tersebut anda akan menemukan pedagang muslim asal Pulau Jawa. Jika anda ingin makanan seperti warteg, anda hanya perlu berjalan sekitar 800 meter menuju arah Bandara Umbu Mehang Kunda. Tepat sebelum jembatan, anda akan menemukan dua warung nasi yang menjajakan makanan dengan harga terjangkau. Ada pula pusat oleh-oleh seperti kopi, Manggulu (kue khas Sumba Timus) serta jajanan lainnya di Jalan M.T. Haryono yang berjajar di dekat Mesjid Kemala Puti, jika anda berjalan dari arah Bandara Umbu Mehang Kunda.

Tempat lain yang tidak kalah seru dan wajib untuk disinggahi ialah Pelabuhan Mau Hau. Tidak ada salahnya untuk mengunjungi pelabuhan tersebut. Meskipun pasir pantainya berwarna hitam, anda bisa menikmati jajanan-jajanan disekitar pelabuhan, menikmati sunset ataupun sunrise berlatar kapal-kapal kargo yang menurunkan muatannya.
Pantai Walakiri 
Pada malam harinya, wisata Kota Waingapu juga tak kalah seru. Dengan kota yang lalu lintasnya tidak padat, anda bisa mengunjungi berbagai tempat dengan mudah, mencoba dengan berjalan kaki. Taman Kota Sandalwood di Jalan Ahmad Yani dengan penjual kacang rebus dan sangrai yang bisa dicoba. Taman kota lain, berada di daerah Kemala Puti. Disini banyak pedagang seperti tukang nasi goreng, sate, jagung bakar dan lain sebagainya yang berlokasi di depan Hotel Merlyn, tepat di samping SPBU.
Area sekitaran Taman Sandalwood
Bagi anda yang berkunjung pada Bulan Agustus, jangan lewatkan festival kemerdekaan yang diselenggarakan tepat pada Hari Kemerdekaan. Pemerintah Kabupaten Sumba seringpula membuat berbagai macam festival, seperti festival kain tenun yang menampilkan kain tenun khas Sumba Timur, khusunya dari Desa Warinding. Info mengenai penyelenggaraan festival di Sumba Timur dapat diakses langsung di website Pemerintah Daerah Sumba Timur. Sekian cerita tentang Waingapu Sumba Timur, semoga bermanfaat untuk anda. Tunggu kelanjutan cerita tentang destinasi lainnya di post selanjutnya.
Festival Kemerdekaan
Ingin lebih informasi tentang Waingapu? Atau berlibur ke Sumba Timur, yuk hubungi email rizkichuk@gmail.com --

Share:

Juli 13, 2018

Cerita Dari Hutan Savana Baluran


Ketika hutan Indonesia dapat bercerita, aku ingin mendengarkan tentang keluh kesah dan keriuhan penghuni hutan yang hidup berdampingan mengikuti hukum alam. Sayang mereka tidak melakukan itu. Apa yang dapat ku dengar dan rasakan, hanya ketika aku pergi menyusuri hutan. Melihat pepohonan seolah menyapaku. Kemudian suara air mengalir dari hulu gemericik menghiburku dengan riaknya. Pun hewan-hewan yang bernyanyi memamerkan suara mereka. Ada yang nyaring, ada pula yang malu-malu mendesis. Entah ini sinyal pesan yang positif. Atau aku saja yang teramat sok menerka-nerka pesan tersebut.

Kali ini aku ingin membagikan ceritaku ketika berkunjung ke Taman Nasional Baluran, sebuah area preservasi yang memiliki pesona hutan savana dengan bermacam habitat flora dan fauna yang digadang sebagai lanskap Afrika dari Tanah Jawa.


Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Memiliki area seluas 25.000 hektar. Sesuai peruntukannya yang dibagi menjadi beberapa zonasi diantaranya zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan khusus, dan zona rehabilitasi. Untuk memasuki kawasan ini, pengunjung lokal cukup membayar tiket masuk sebesar Rp15.000 saat hari biasa, sedangkan hari libur menjadi Rp17.500. Pihak pengelola taman nasional ini tidak menyediakan akses angkutan umum untuk wisatawan dari pintu masuk Batangan yang jaraknya cukup jauh untuk sampai ke area savana ataupun pantai.


Ekspresi awal ketika memasuki wilayah konservasi ini, saya langsung membatin terkait infrastruktur jalan yang rusak. Mini bus yang saya tumpangi melewati area hutan  sepanjang 12 kilometer. Area pertama yang kami lewati ini merupakan hutan tropis yang menghijau sepanjang tahun atau disebut evergreen forest. Pepohonan tumbuh meninggi dan berdaun lebat. Cahaya matahari sedikit saja membayangi jalanan di bawahnya. Mereka meneduhkan jalanan hingga ratusan meter. Diantara pohon-pohon itu ada pohon manting, asam, gebang palem, widoro bukol dan bermacam flora lainnya tumbuh subur di area ini.

Sesekali suara unggas terdengar seolah menyapa kedatangan manusia-manusia pemburu keindahan. Di balik semak dedaunan tampak sesuatu yang bergerak. Entah ayam hutan, burung merak atau jenis unggas lainnya yang menempatinya. Secara misterius mereka beraktivitas di area hutan Baluran. Unggas memang hidup penuh privasi. Mereka membangun rumah sarang tinggalnya di tempat yang sepi atau jarang dijamah manusia juga hewan predator lainnya agar eksistensi mereka tetap ada.

Setelah satu jam lamanya, saya tiba di area savana. Di tepi jalan, kera ekor panjang mulai menampakkan diri. Rupanya mereka mendiami wilayah di dekat savana. Primata ini tergolong hewan yang mampu berdampingan dengan manusia. Tidak jarang kera-kera tersebut mencari makanan dari para wisatawan yang berhenti di lokasi ini. Ada yang merampas makanan dari pengunjung. Begitupun pengunjung tak sedikit yang memberi makanan. Lantas apakah kemampuan mencari makan mereka berubah. Tadinya yang mencari makanan di hutan, namun sekarang suka dengan kehadiran wisatawan yang datang. Entah, aku hanya berpraduga.


Area ini terdiri dari penginapan, menara pandang, kantor polisi hutan, area konservasi dan breeding. Biasanya pengunjung berhenti di lokasi ini sebelum menuju ke pantai. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah melihat matahari terbit dari menara pandang sembari menikmati lanskap Baluran dari ketinggian, selain itu mengunjungi area pembiakan semi alami banteng jawa yang populasinya kian terancam. Aku pun tidak menghilangkan kesempatan itu. Melihat banteng jawa yang diisolasi di dalam kandang. Banteng inilah yang akan melahirkan spesies baru agar keberadaan mereka semakin bertambah. Semoga!


Aku mengamati savana Bekol. Terdapat pajangan tengkorak entah banteng atau kerbau liar di sisi sudutnya. Hamparan seluas 300 hektar ini ditumbuhi rerumputan. Beberapa pohon tumbuh menjarang seperti pohon acacia nilotica, pilang, dan widoro bukol. Savana ini dihuni bermacam mamalia seperti banteng jawa, kerbau liar, rusa, kijang, ajag, babi hutan, macan tutul, dan sebagainya. Tempat ini juga sebagai sumber makanan hewan herbivora pada saat musim kemarau tiba.


Di ujung savana, Gunung Baluran menyatu dengan lanskap Bekol sangat mengagumkan. Gunung setinggi 1.247 mdpl yang berstatus tidak aktif ini memiliki kaldera yang tampak pada bagian atasnya. Sedangkan pada bagian lerengnya, jurang yang membelah punggungan gunung seperti cerukan. Terdapat Lembah Kacip yang berada diantara celah Gunung Baluran. Lokasi ini merupakan hutan musiman di mana terdapat habitat burung langka seperti elang jawa, rangkong dan cekakak batu.



Sekawanan rusa berlari dari arah pepohonan menuju ke padang savana. Tidak mau kalah dengan kerbau liar yang sudah memasuki area itu sedang menyantap rumput. Saat kendaaran yang saya tumpangi lewat hendak menuju ke Pantai Bama, kerbau-kerbau itu lari ke arah tengah savana. Seolah terancam akan kehadiran mesin besi yang berjalan di sekeliling mereka. Kerbau liar itu sepertinya sehabis berkubang. Terlihat bekas tanah menempel pada bagian kulitnya yang menghitam pekat. Melihat hewan-hewan tersebut beraktivitas secara alami di area itu merupakan momen yang sangat berkesan.


Tidak jauh dari savana, Pantai Bama dapat ditempuh sejauh 3 kilometer. Pantai ini berpasir putih dengan ombak cukup tenang. Lagi-lagi saya menemui kera ekor panjang berkeliaran. Saling berkejaran bahkan berlawanan mempertahankan daerah kekuasaannya. Wisatawan yang sedang makan di warung pun tak jarang yang diambil makanannya. Begitulah primata ini mencoba berinteraksi kepada para pengunjung.


Aktivitas yang dapat dilakukan di sekitaran Pantai Bama diantaranya bird watching di area hutan, mengelilingi hutan bakau yang terdapat di sepanjang bibir pantai, ataupun melihat pesona bawah laut yang ditumbuhi coral dan bermacam ikan hias. Spesies burung yang sering ditemui seperti pelatuk ayam, raja udang biru, cangak laut, bangau tong-tong, dan lainnya. Sayangnya, ketika saya kesana tidak menemukan aktivitas burung-burung tersebut. Waktu kunjungan yang kurang tepat pada saat menjelang siang hari. Kawanan burung sepertinya sedang berkeliaran mencari makan.


Pentingnya area konservasi diharapkan mampu dijadikan sebagai ekosistem alami yang bebas dari deforestasi. Dari Taman Nasional Baluran, saya melihat gambaran tentang pesona hutan Indonesia. Dari hutan hijau tropis, hutan pantai, hutan payau, padang savana, hutan mangrove, hutan musiman dapat ditemui di lokasi ini. Keanekaragaman hayati yang kaya. Ekosistem yang masih asli. Area ini pula bermanfaat untuk melestarikan populasi banteng jawa yang statusnya kian terancam punah melalui upaya pembiakan semi alami. Selain itu, menjadi sumber penelitian flora dan fauna yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan.


Saya kemudian tersadar, biarlah kawasan konservasi ini tidak memiliki akses jalan yang mulus agar habitat yang ada selalu lestari. Biarlah kawasan ini tetap seperti apa adanya sebagaimana alam mempunyai mata rantainya sendiri. Sebab ketika jalanan yang ada disana mulus, tidak menutup kemungkinan pengemudi akan melajukan kendaraannya dengan kecepatan maksimal. Hal itu tentu dapat mengganggu ekosistem fauna yang ada disana. Saya berharap semoga hutan Baluran tetap terjaga hingga anak cucu kelak masih dapat melihat pesonanya yang indah dipandang mata.




Share:

Juni 28, 2018

Jembatan Kaca Magnet Caping Park Purwokerto

Jembatan kaca Caping Park
Geliat pariwisata Purwokerto semakin hits dengan hadirnya obyek wisata Caping Park di Desa Kebumen Baturraden. Obyek wisata ini dibuka sejak awal Juni 2018 lalu dengan menawarkan konsep wisata edukasi sekaligus wahana bermain dengan alam dan lingkungan. Dengan pemandangan lanskap Purwokerto di sebelah selatan, Gunung Slamet di arah utara, momen sunrise maupun sunset.
Area ternak hewan dan kebun bunga
Jembatan kaca lantas menjadi magnet yang paling digemari pengunjung untuk dapat menjajal sensasi di atas jembatan sepanjang 17 meter yang mengarah ke tebing jurang dengan view yang indah bila cuaca sedang cerah. Untuk mencoba jembatan ini, kita diharuskan melepas alas kaki dan menggunakan sandal yang disediakan disana. FYI gaes, khusus untuk mencoba wahana ini kita membayar lagi sebesar Rp10.000.  
Swafoto dengan latar lanskap Purwokerto
Obyek wisata ini memang masih baru banget. Pembangunannya pun belum rampung total seperti di area parkiran yang belum beraspal. Nantinya akan ada agrowisata dan penginapan yang sedang dibangun. Namun pengunjung tetap bisa mencoba area wisata yang sudah ada seperti spot swafoto dengan bermacam properti, kebun bunga, camping ground, dan peternakan mini dengan hewan seperti burung, kelinci, domba, sapi dan ikan.

Hewannya ada di dalam kandang
Tempat wisata ini juga punya teater alam (area tanah lapang) yang saat pembukaan kemarin menyajikan kenthongan Banyumasan. Selain itu, Caping Park menyajikan festival kesenian lainnya jika dilihat dari akun instagramnya seperti Sendratari Ramayana, Kamandaka atau ceritera lainnya. Wisata ini memang cocok untuk dijadikan sebagai tujuan wisata pilihan keluarga, apalagi membawa anak-anak pasti akan senang berinteraksi dengan alam juga hewan yang ada disana.

Areanya cukup luas
Harga tiket masuk yang dipatok sebesar Rp20.000 saat hari biasa, sedangkan saat weekend Rp25.000 dengan waktu operasional pukul 08.00 - 20.00 WIB. Beralamat di Jalan Raya Baturraden Barat Km 08 Desa Kebumen, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Yuk berlibur ke Purwokerto Banyumas.

Share:

Juni 27, 2018

Berwisata ke Pantai Karapyak Bersama Keluarga

Pantai Karapyak
Pantai Karapyak menjadi destinasi pilihan yang kami kunjungi saat libur lebaran kemarin. Pantai ini berada di Kalipucang Pangandaran. Kami berangkat dari Purwokerto menuju Sidareja untuk singgah sebentar di rumah kakak. Menjelang sore, barulah perjalanan ke pantai dimulai. Dari Sidareja hanya membutuhkan sekitar satu jam saja.

Jalan raya menuju ke Pangandaran cukup ramai sedikit macet. Lalu lalang kendaraan memadati jalanan untuk berlibur bersama keluarga atau lagi hangat-hangatnya momen lebaran. Setelah menemukan pertigaan, jalur ke kiri mengarah ke pantai sedangkan kalau lurus menuju ke Pangandaran. Dari pertigaan ini sekitar 15 menit saja. Area perbukitan dengan pohon kelapa di sekitaran. Akses jalannya sudah mulus. Dari area pintu masuk, kontur jalannya mulai menurun. Pada sebelah kiri akan terlihat lautan luas kian menyapa.

Pantai ini relatif bagus dalam pengelolaannya. Ada bukit pandang yang dibuat untuk tempat foto-foto, tapi saya tidak kesana. Setelahnya warung makanan di sisi kanannya. Beberapa penginapan berjejer ke barat. Pohon-pohon di atas lahan parkiran. Kekurangannya, banyak sampah berserakan, sampah plastik, sampah kayu dan sebagainya. Saya tidak melihat tempat sampah di area pantai. Yang ada cuma himbauan tertulis agar tidak berenang.

Karang yang cukup luas
Pantai ini berpasir agak merah-coklatan. Ombak yang menggulung memang tinggi tetapi hanya menghempas bagian ujung batuan karang. Beruntung air laut sedang surut. Jadi area karang bisa pula kami nikmati. Tergenangi sedikit sisa air pasang. Biota laut seperti keong kecil, bintang laut, rumput juga lumut mengisi bagian karangnya. Sekilas seperti Pantai Krakal, kalau airnya surut pengunjung bisa jalan-jalan di atas karangnya.

Ombaknya cukup tinggi
Pengunjung pantai ini terbilang ramai. Beberapa pengunjung menyebar di area karang, bermain pasir, layangan, dan pesawat-an, ada yang sekedar duduk santai menikmati suasana pantai, berburu makanan seperti cilok, siomay, bakso, seafood dan sebagainya. Ponakanku asyik bermain pasir, main layangan berbentuk pesawat yang terbuat dari sterofoam. Pantai ini memang cocok dijadikan destinasi wisata pilihan keluarga.

Aktivitas yang bisa dilakukan pengunjung
Menjelang petang, matahari merona jingga hendak terbenam. Ronanya menyilau ke air yang menggenang di karan. Memadu awan halus di atas pepohonan di ujung pantai. Sedikit tertutup awan, lalu berbentuk bulat sempurna, kemudian jatuh perlahan. Momen senja memang selalu dramatis. Gelap sudah, suara hingar bingar ombak yang menabrak batas pantai. Sekaligus menutup momen kami berlibur ke Pantai Karapyak.

Senja di Karapyak, boleh juga!

Share:

April 08, 2015

Ke Telaga Kumpe Sampai Menjadi Anak Layangan

Waktu semakin habis di kehidupanku. Tanpa terasa sudah menginjak bulan ke empat di tahun 2015. Ada banyak harapan yang harus diraih. Harapan orang tua, saudara, sahabat, dan teman-teman tercinta menjadi dorongan yang harus saya wujudkan, menambah semakin besarnya harapan saya sendiri. Malam ini sambil mendengarkan lagu-lagu karya Banda Neira sekaligus melepaskan beban pikiran dan mental untuk bisa mewujudkan harapan terbesar yaitu wisuda di Bulan September tahun ini, Aamiin Ya Allah. 

Okeeee lebih baik menulis tentang keindahan Indonesia, daripada pusing menulis skripsi yang tak kunjung rampung dengan revisi dari dosen yang sangat super baik saat bimbingan dan sangat gampang sekali untuk ditemui. Dosen juga manusia kawan, bukan malaikat. Oke lupakan !

Intronya ga enak banget ya. hahaha. 

Jadi hari sabtu kemarin (4/4/2015). Saya dan teman-teman saya mengunjungi sebuah telaga di Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Awalnya saya overestimate dengan pesona Telaga Kumpe. Melihat beberapa foto di Mbah Google dan blog orang begitu terlihat ciamik dan syahdu tempatnya, bahkan sampai-sampai mantan presiden Bapak SBY saja sudah pernah mengunjungi telaga yang satu ini (katanya sih). 

Berangkat dari rumah menjelang siang sekitar jam 11.00 WIB. Menuju kesana dari Purwokerto sekitar setengah jam untuk sampai di Pasar Cilongok. Tak jauh dari situ, akan ada pertigaan lalu ambil ke kanan menuju Desa Panembangan. Ikuti saja jalannya sampai mentok pertigaan lagi. Lalu ambil ke kanan sampai melewati jembatan, ada lagi pertigaan dan ambil ke arah kiri. Terus saja mengikuti jalannya sampai ketemu lapangan bola di sebelah kiri. Nah disitu ada perempatan kecil, belok ke arah kanan. Jalan pelan-pelan saja sampai ketemu dengan perempatan lagi, tepatnya SD N 1 Sambirata, silahkan ambil ke arah kiri. Setelah itu, jalanannya mulai banyak yang rusak dengan mulai menanjaki bukit. Terus saja ikuti sampai ke atas. Melewati gerbang berbentuk bambu berwarna kuning dengan vegetasi hutan pinus. Lebar jalannya kecil dan menanjak. Suasananya sepi dan masih alami. 
Gerbang menuju Telaga
Dari kejauhan, ada bangunan seperti pos penjagaan di sebelah kanan. Tampaklah kubangan air yang tak begitu banyak volumenya. Bah, saya terkejut. Airnya surut men. Hahahaha. Sayang sekali ekosistemnya sedang tidak terjaga. Rerumputan mulai meninggi di bagian tengah dan ujung telaga itu. Untuk pemandangan sebenarnya cukup menarik. Perbukitan dengan pepohonan hijau di sekelilingnya. Ditambah udara yang sejuk, tenang, dan terasa sekali rasa alamnya yang khas dengan suara binatang hutan. Cuaca saat itu sedikit mendung. Benar-benar syahdu. Lupa sudah dengan rutinitas sehari-hari. Lupakan hari senin berikutnya.

Telaga Kumpe
Pematang sawah. Hijau men. Liat warna kuning di perbukitan.
Tidak lama kami menikmati telaga itu. Berkeliling melewati hutan, area persawahan dengan bentuk terasering, hingga perkampungan. Di kejauhan dari tempat kami berhenti terlihat pohon dengan daun berwarna kuning seperti sedang musim semi. Keren sungguh. Sampai dengan jalan belum diaspal (masih berbatu), akhirnya kami memutar arah kembali. Melanjutkan untuk ke daerah Cipendok. Bukan menuju ke air terjunnya, tetapi berniat untuk mengunjungi peternakan sapi. Kenapa? Rekomendasi dari teman saya yang katanya tempatnya apik untuk dikunjungi alias hunting foto.

Melewati Desa Karangsari. Perjalanan menuju ke Cipendok jalanan mulus tanpa halangan. Saya senang sebab pemerintah sudah sadar memperhatikan akses jalan menuju obyek wisata. Eh, tak taunya, tidak sampai di atas men. Hanya sampai di bagian tengah saja. Jalanan selanjutnya kondisinya rusak parah. Aspalnya entah kemana, ada yang tinggal batu dan berlubang. Oke mungkin diperbaikinya bertahap, semoga.

Sampai di peternakan sapi. Hasilnya nihil, karena tidak sembarangan orang boleh masuk kesana dimana harus dengan izin kepentingan resmi. Jadi di peternakan sapi ini letaknya di perbukitan dengan rerumputan gitu, seperti bukit yang ada di serial Teletubbies. 

Peternakan sapinya yang bukit sebelah sana. Kalau bukit ini tempat memojokkan diri.
Akhirnya kami pun pulang. Belum jauh berjalan, ada beberapa motor terparkir di sebelah kiri. Langsung saja kami berhenti disitu berharap menemukan sesuatu. Menebak-nebak ada apa. Apakah warga desa sedang mencari rumput? Atau orang-orang sedang memojokkan diri? Ternyata sebuah dataran di atas bukit dengan pemandangan di sekitarnya yang luas. Di bawah sana dataran rendah yang luas. Di seberang, pohon dengan bunga berwarna kuning sedang bermekaran. Entah pohon apa namanya. Yang jelas, bunganya indah dan banyak tumbuh disana. Rupanya pula bunga inilah yang tadi kami lihat dari jauh. Kami menemukan pula tiga pasang hamba Allah duduk menikmati tempat itu. Dua pasang di antaranya berseragam SMA. Ajib men. Tempat mojoknya indah sih, mana sepi pula. Ada pula suatu adegan yang tidak harus saya lihat sebenarnya. Jadi tidak enak hati. Kedatangan kami sedikit mengusik mereka yang sedang duduk-duduk manis. Maaf ya hehehe.

Di atas bukit. Bunganya indah.

Entah bunga apa namanya. Mirip edelweis hehe.

Bukitnya keren kan. Main layangan di atas sini anginnya kenceng.
Tanpa tujuan. Kami melanjutkan jalan pulang melalui jalan yang berbeda. Masih di area peternakan sapi. Jalanan menurun. Saya melihat di atas bukit, ada anak-anak sedang bermain layangan. Sontak saya tertarik dengan aktivitas mereka. Kami pun menuju kesana. Bukit itu tidak terlalu tinggi. Sampai disana, anginnya lumayan kencang. Pemandangan sekitarnya menarik. Terlihat peternakan sapi yang dikelilingi pagar pembatas, lalu undakan bukit di sebelahnya, sampai dengan bukit yang tinggi di sebelah utara. Cuaca mendung dengan matahari sedikit kadang muncul. Saya mendekati anak-anak itu. Sok kenal bertanya-tanya. Mereka dengan malu-malu menjawab. 

Main layang-layang di bukit ini seru banget. Pengen lagi.

Kami bermain layangan bersama. Wahhh akhirnya bisa memainkan layangan dan merasakan menjadi kecil lagi. Benar-benar momen yang keren. Saya menjelma menjadi anak kecil lagi. Jadi layangan itu ada bagian yang menimbulkan suara pas terkena angin, bentuknya cukup besar, sayangnya benangnya tidak terlalu panjang dan bukan galasan, melainkan benang pancing hehehe. Maklum, layangan tersebut kreasi mereka sendiri. Mereka baik, ramah, kreatif, ceria, polos, berani dan sedikit pemalu. Semoga masa depan kalian sukses ya adek-adek! Aamiin . Setelah berfoto-foto banyak disana. Bercanda-canda. Seru-seruan. Kami pun pulang. Sebuah perjalanan yang benar-benar luar biasa. 

Jalan-jalan menikmati alam, bersosialiasi dengan orang baru, dan melakukan aktivitas yang tidak biasanya adalah nikmat yang harus selalu disyukuri. Terimakasih Tuhan ! Alhamdulillah, hidupku banyak asyiknya. Semoga masih diberikan waktu dan kesempatan untuk menikmati mahakarya Tuhan lainnya di belahan bumi lainnya, Nusantara-ku tercinta #INDONESIA.
Wefie dulu sama adek-adek

Share:

Instagram